Rabu, November 26, 2008

melihat bangsa ala Slank

Menafsirkan ‘Gossip Jalanan’

Oleh Daniel Arief Budiman

Slank adalah salah satu grup band papan atas Indonesia, kehadirannya di dunia musik tanah air memberikan sentuhan tersendiri dalam musiknya. Banyak ramuan musik yang dihasilkan merupakan realitas sosial kebanyakan masyarakat bangsa ini yang teraniaya bahkan tertindas.

Seringkali Slank yang terdiri dari Kaka dkk, tampil bukan hanya di dalam negeri bahkan sudah pernah tampil di Amerika Serikat. Belakangan ini grup band ini terkenal karena adanya perseteruan dengan anggota DPR yang dipicu oleh lagu Gossip Jalanan yang dibawakan Slank ketika tampil di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Membaca fakta dalam Lagu

Pernah kah lo denger mafia judi/Katanya banyak uang suap polisi/Tentara jadi pengawal pribadi. Inilah lirik pertama dari penggalan lagu grup band Slank yang membuat merah telinga orang yang disinggung.

Lirik pertama tersebut ditujukan bagi oknum aparat keamanan dan pertahanan negeri ini yang tak henti-hentinya membiarkan kasus-kasus keamanan serta pertahanan diselesaikan lewat jalur amplop habislah perkara. Kasus terbaru yang terjadi adalah Pembalakan ilegal di Kalimantan Barat yang disinyalir melibatkan oknum aparat keamanan dan merugikan negara 200 milyar lebih. Inilah satu tanda bahwa lagu ini tak hanya enak didengar tapi menggambarkan fakta yang terjadi.

Apa lo tau mafia narkoba/Keluar masuk jadi bandar di penjara/Terhukum mati tapi bisa ditunda. Penggalan lirik kedua ini mengisahkan tentang jaringan narkoba yang beroperasi tidak hanya di luar tapi juga di hotel prodeo tempatnya para narapidana. Belum lagi kalau kita saksikan banyak tersangka kasus narkoba itu yang sampai sekarang belum diekseskusi sebagaimana putusan peradilannya.

Siapa yang tau mafia selangkangan/Tempatnya lendir-lendir berceceran/Uang jutaan bisa dapat perawan/Kacau balau 2X negaraku ini. Mafia selangkangan dalam lirik Slank ini adalah para pejabat yang tak sedikit menggunakan uangnya bahkan uang rakyat untuk melampiaskan nafsunya. Bahkan beberapa tahun lalu ada wakil rakyat yang ketahuan melakukan adegan porno lewat telepon genggam dan tersebar di internet.

Ada yang tau mafia peradilan/Tangan kanan hukum di kiri pidana/Dikasih uang habis perkara. Mafia peradilan di negeri ini bukan hanya ada tapi sudah menjadi rahasia umum. Banyak perkara yang diputus habis bukan di meja hijau tapi di hotel berbintang. Oknum peradilan ini berjalan secara sistematis dari tingkat bawah sampai atas. Jual beli perkara sudah lumrah terjadi, inilah persoalan mendasar pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Bagaimana kita mau memberantas kalau oknum jaksa ada yang tertangkap menerima suap dalam penutupan perbankan.

Apa bener ada mafia pemilu/Entah gaptek apa manipulasi data/Ujungnya beli suara rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) setiap lima tahun sekali yang dilaksanakan untuk memilih para wakil rakyat serta presiden dan wakilnya tak dapat dipungkiri sering terjadi manipulasi baik sebelum maupun sesudahnya. Apalagi kalau dikaitkan dengan pemilihan kepala daerah, jual beli suara rakyat sudah sering terjadi. Pemilu 2004 menjadi bukti bagaimana ketua dan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) ada yang mendekam di balik jeruji lagi-lagi tersandung masalah KKN.

Mau tau gak mafia di senayan/Kerjanya tukang buat peraturan/Bikin UUD ujung-ujungnya duit. Mungkin diantara semua lirik lagu Slank, inilah yang paling kontroversial. Banyak politisi sekaligus wakil rakyat yang ‘kebakaran jenggot’. Selang beberapa hari sejak lagu ini jadi kontroversi, ada wakil rakyat yang ditangkap KPK atas dugaan terkait kasus Kolusi. Hal ini semakin menguatkan dugaan adanya mafia di tubuh wakil rakyat. Lalu kenapa reaksi yang timbul menjadi berlebih bahkan sampai akan memperkarakan Slank ke Pengadilan?. Merekalah yang tahu jawabannya, tapi kritik tersebut harusnya menjadi alat introspeksi bukan sebaliknya.

Pernahkah gak denger teriakan Allahu Akbar/Pake peci tapi kelakuan barbar/ Ngerusakin bar orang ditampar-tampar. Lirik ini mengisahkan tentang aksi dari salah satu ormas keagamaan yang mencitrakan perlakuan yang anarkis dalam setiap aksinya. Niat baik dalam memberantas kemaksiatan seolah tercoreng oleh tindakan yang brutal bahkan sampai menghancurkan banyak tempat hiburan. Perilaku mengatas-namakan agama dalam melegitimasi aksi tanpa toleransi hanya akan membuat kebencian serta menggangu ketertiban masyarakat.

PESAN MORAL

Moralitas individu maupun institusi pemerintah dan wakil rakyat sudah seharusnya menjadi teladan yang baik bagi rakyatnya. Mereka sudah diberi amanah dan tanggung jawab yang besar oleh rakyat melalui pemilu. Bagaimana pemberantasan korupsi bisa tercapai kalau aparatur negara-nya juga tidak memberi andil dalam masalah tersebut.

Lagu ‘Gossip Jalanan’ telah memberi teguran dan pesan moral bagi para pejabat di negeri ini untuk senantiasa memberi perhatian terhadap rakyat dan tidak sedikit pun menyia-nyiakan amanah yang diberikan. Mafia-mafia penjahat yang merupakan penyelewengan oknum-oknum tidak bertanggungjawab semoga tidak terjadi dalam pemilu 2009 yang akan datang.

Slank telah memberikan teladan bahwa teguran terhadap ketidakadilan bisa disampaikan lewat berbagai jalan. Sikap kritis terhadap aparatur negara harus terus disuarakan karena yang berkuasa di negeri ini adalah rakyat. Negara yang besar seperti Indonesia hanya bisa diselamatkan dari moralitas segenap bangsanya.

Memang harus diakui bahwa hati nurani hanya dimiliki oleh seniman yang tak selalu terbuai dengan godaan materi semata. Semoga makin banyak seniman-seniman lain yang berusaha memberi teguran kepada mafia penjahat di negeri ini dan penyakit kronis KKN bangsa Indonesia dapat segera diberantas.

Salute to SLANK!

Daniel Arief Budiman, mahasiswa Sejarah Kebudayaan Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penggemar Slank (Slanker)

Alamat surat: Wisma Sangkuriang Gendeng GK IV/999 Yogyakarta 55225 telp. 081392342570 (menerima SMS);

E-mail: ibrania_fahlevi@yahoo.com

No. Rek. Bank BNI Cab. UGM: 0079344156 an. Daniel Arief Budiman.

Tidak ada komentar: