Kehidupan sebuah perjalanan. Perjalanan tanpa henti sampai berlabuh kembali ke tanah......Mari berkarya demi kehidupan yang lebih bermakna
Rabu, Oktober 22, 2008
Catatan hari ini.
menurut BMG sih Katanya matahari tepat berada di Pulau Jawa. aq baru aja habis pulang dari kuliah cuacanya panas banget pengen rasanya nyebur di kali.
udah dulu ya aku mau pulang dulu Dah!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!111
तुलिसन Ilmiah
ARKEOLOGI DAN PENELITIAN AGAMA DI INDONESIA
Arkeologi adalah satu disiplin ilmu. Definisi yang paling sederhana adalah to write history from surviving material Source. Kegiatan yang paling penting dari pengertian arkeologi sebagai ilmu adalah proses ekskavasi yaitu melakukan kegiatan mengumpulkan benda-benda dari dalam tanah melalui penggalian untuk mengungkap kehidupan manusia di masa lampau. Dalam kesimpulan ini seorang arkeolog Eropa, Stuart Piggot (1959) menyatakan bahwa archeology as history.
Perlunya penggabungan ilmu arkeologi dengan ilmu sejarah bertujuan untuk memperkaya gambaran tentang aktivitas kehidupan manusia di masa lampau. Hal ini tentu saja berkaitan dengan upaya mengungkap masa lamapau umat manusia dengan bertumpu kepada peninggalan berupa benda. Contoh penggabungan itu di Indonesia kerjasama antara sejarah dan arkeologi pernah dilakukan di situs Banten. Data-data sejarah mengungkapkan tentang pendaratan armada Belanda dan kegiatannya di Banten. Sedangkan arkeologi terhadap semua catatan sejarah itu harus menjawab dari sisi yang lain. Misalnya bagaimana kondisi masyarakat banten pada akhir abad VI apakah sudah metropolitan dan bagaimana bentuk alat-alat serta benda-benda keperluan mereka sehari-hari.
Pertanyaaan tersebut di atas terjawab melalui penelitian arkeologi yang meliputi kegiatan survey dan ekskavasi. Hasil penelitian di banten pada tahun 1976 membuktikan bahwa mereka telah mempunyai teknologi pembuatan gerabah local, mereka juga sudah menggunakan barang keperluan sehari-hari seperti piring, mangkok dan sebagainya.
Para arkeolog Amerika nampaknya lebih cenderung meletakkan disiplin ilmu arkeologi dalam kaitan dengan antropologi. Misalnya James Deert berpendapat bahwa arkeologi lahir sebagai satu ilmu bersamaan dengan antropologi. Selanjutnya Deert memandang adanya ikatan disiplin antara arkeologi dengan antropologi. Namun demikian terlepas dari kontroversi di sekitar ilmu arkeologi seperti tersebut di atas, hal yang paling penting adalah bahwa arkeologi pada dasarnya memiliki hubungan interdependensi dengan ilmu-ilmu lain, khususnya sejarah dan antropologi. Bila demikian, maka persoalan yang muncul adalah bagaimana arkeologi sebagai sebuah ilmu tersendiri bisa digunakan dalam analisa penelitian agama di Indonesia. Aspek apa saja yang bisa diungkap dalam penelitan agama melalui pendekatan arkeologi.
B. ARKEOLOGI DAN PENELITIAN KEAGAAMAN DI INDONESIA
Kegiatan keagamaan manusia atau kepercayaan mereka terhadap agama dapat dilihat dalam beberapa ciri spesifik yang berkaiatan dengan kegiatan pemujaan (worship) seperti pengertian tentang perbedaan sakral dan profan, percaya pada roh (soul), percaya kepada Tuhan dan menerima kenyataan akan supernatural. Dalam melaksanakan kegiatan kegamaan ini, manusia mendirikan bangunan untuk ibadah, melaksanakan penguburan dan memiliki tempat tertentu dalam lingkungan keagamaan. Pendekatan arkeologi melalui kajian terhadap artefak , semua jenis benda buatan manusia yang digunakan untuk keperluan hidup mereka termasuk kegiatan keagamaan.
Dalam hal ini pokok persoalan yang diungkap oleh arkeologi dalam hubungannya dengan penelitian agama adalah membuat deskripsi terhadap benda-benda berupa artefak dan non-artefak. Dalam tiga dimensi yakni ruang (space), waktu (time) dan bentuk (form). Kemudian arkeologi menempatkan artefak dan non-artefak tersebut ke dalam analisa konteks, yaitu aspek fungsi (functional), pola atau susunan (structural) dan tingkah laku (behavioral).
Aspek fungsi akan memberikan interpretasi terhadap suatu benda bedasar nilai guna benda tersebut. Sementara aspek struktural lebih menjelaskan proses terjadinya benda sebagai hasil karya manusia. Aspek ini menunjukkan ciri tentang aturan (rule) masyarakat yang membuat benda tersebut. Contoh tipe atap bersusun yang berbentuk menyerupai limas dan kerucut khusus masjid dan keraton. Adapun aspek tingkah laku atau adat dapat memberikan ciri spesifik pada hasil kerja.
Hal yang lain yang dilakukan arkeologi adalah masalah kronologi. Kronologi di sini dimaksudkan sebagai suatu analisa artefaktual terhadap benda-benda peninggalan untuk menentukan data pertanggalannya. Dalam hal ini cara kerja arkeologi dalam penelitian agama sangat berkaitan erat dengan disiplin ilmu-ilmu lain terutama sejarah dan antropologi. Pendekatan arkeologi seperti demikian, dalam konteks Indonesia, nampak sangat penting. Kajian arkeologi di Indonesia dalam beberapa segi, masih dilakukan terbatas dalam kaitan dengan filologi. Hal ini terutama menonjol pada awal abad XX ketika penelitian arkeologi banyak dilakukan sarjana Belanda.
Pada zaman Indonesia Hindu dikenal tempat peribadatan yang disebut candi. Pada masa Indonesia Islam timbul bangunan serupa yang disebut masjid. Masjid secara umum sesuai dengan perkataan dalam bahasa asalnya yakni bahasa Arab yang berarti tempat sujud. Masjid adalah tempat orang menundukkan diri bersujud ketika sembahyang. Dalam pengertian sekunder masjid adalah sebuah bangunan tempat sembahyang berjama’ah yang terlindung dari panas dan hujan.
Masjid-masjid kuno di Jawa dan di beberapa tempat di luar jawa, mempunyai atap bersusun atau bertingkat yang bentuknya menyerupai limas, piramida atau kerucut. Contohnya masjid Agung Cirebon misalnya mempunyai dua atap, sementara Masjid Agung Demak tiga, dan Masjid Agung Banten lima. Secara umum, bangunan masjid-masjid kuno melanjutkan tradisi bangunan pra-Islam, terutama Hindu-Budha, namun secara fungsional terdapat perbedaan yang jelas. Arah mihrab yang menuju kiblat, mimbar yang digunakan khatib dalam berkhotbah, dan menara tempat azan menunjukkan konsepsi ibadat Islam.
Salah satu hasil budaya manusia Indonesia pada masa Indonesia–Islam yang cukup menonjol adalah maesan atau nisan kubur. Tradisi penguburan ini sudah ada bahkan sejak masa prasejarah. Dalam perkembangan arsitekturnya, bangunan kubur di Indonesia merupakan hasil seni budaya manusia, khususnya para seniman yang mencoba memberikan pola-pola hias beraneka warna. Banyak jenis pola-pola hias beraneka warna yang terdapat pada makam-makam di daerah kuno Aceh, Jawa dan Madura. Dalam bangunan Islam tidak dibenarkan dekorasi berupa gambaran manusia. Dekorasi yang diperbolehkan hanya lukisan, ukiran atau hiasan yang bersifat daun-daunan. Oleh karena itu arsitektur yang berkembang adalah arabesk (arabesque)dan motif yang terdiri dari motif daun-daunan.
Adapun jenis bangunan yang digunakan pada makam-makam itu terbagi pada dua bagian yakni makam yang bahan-bahannya diperoleh dari dan proses pembuatannya di Indonesia: dan makam yang seluruh bahan dan proses pembuatannya di impor dari luar negeri khususnya dari Gujarat dan Persia. Contoh makam bernuansa luar ini dapat ditemui di Gresik pada makam Maulana Malik Ibrahim serta makam Nahrinsyah di Kutakarang, Pasai.
Unsur lain yang bisa dijadikan aspek dalam penelitian makam adalah kronologi. Makam biasanya terdapat angka tahun pada nisannya.pendekatan seperti ini pernah dilakukan oleh Moquette dalam penelitian di Pasai Aceh. Hal serupa juga pernah dilakukan oleh Snouck Hurgronje. Selain penekanan terhadap kronologi angka tahun, pada makam-makam kuno juga terdapat tulisan-tulisan yang memuat kalimat syahadat, hal ini ditemukan pada makam Nahrinsyah di Pasai dan makam Maulana Malik Ibrahim. Selain kalimat syahadat juga terdapat ayat-ayat al-Qur’an dalam nisan tersebut.
Pendekatan arkeologi di atas selanjutnya bisa pula diterapkan pada seni kaligrafi, yang kerap disebut khat. Penerapan seni kaligrafi ini bisa terlihat pada seni bangunan seperti masjid, mihrab, bingkai atap, mimbar, lengkung tiang dan sebagainya. Selain bahwa kaligrafi juga banyak dijumpai pada makam-makam kuno dan istana serta alat perkakas sehari-hari seperti piring, gelas dan lainnya. Selain itu lukisan kaligrafi khas Cirebon yang terkenal adalah ‘Macan Ali’. Selain kaligrafi di atas juga terdapat kaligrafi yang ditulis dalam logam seperti pada meriam yang ada di Banten yang memuat tulisan Arab.
C. KESIMPULAN
Pendekatan arkeologi dalam penelitian agama di Indonesia dalam penelitian terhadap bangunan maupun non-bangunan tidak bisa dilihat dari bentuk dan arsitekturnya semata. Melainkan dari aspek fungsional, struktural, dan behavioral pada konteks masyarakat yang membuatnya.
Penelitian agama dengan pendekatan arkeologi dapat berupa penelitian terhadap Masjid-masjid kuno, bangunan keraton, makam dan kaligrafi. Dari penelitian itu dapat ditemukan aspek-aspek yang berhubungan dengan bidang ilmu sejarah, antropologi maupun filologi. Pendekatan arkeologi terutama terhadap ekplanasi artefak bertanggal yang di dapat dari bangunan maupun non-bangunan dapat membantu kronologi kehidupan dan perkembangan masyarakat di masa lampau. Atas dasar kronologi artefak tersebut, dapat disusun kerangka kronologi sejarah masyarakat Muslim Indonesia di masa lampau.
Penelitian keagamaan sebagai sebuah keterkaitan tidak hanya dibantu dengan pendekatan keilmuan keislaman semata, tetapi dibantu dengan ilmu Bantu yang bersifat umum semisal arkeologi. Hal ini merupakan paradigma integrasi-interkoneksi sebagai simbol dari penelitian keagamaan di abad XXI.
Arkeologi sendiri memegang peranan yang sangat penting terutama dalam kaitannya dengan penelitian keagamaan dalam bidang sejarah Islam. Proses keilmuan arkeologi memberi peranan yang signifikan dalam menelusuri perjalanan sejarah umat Islam Indonesia. Dengan bantuan arkeologi penelitian sejarah Islam dapat menemukan kronologi perjalanan umat Islam di masa lampau.
Proses integrasi dan interkoneksi keilmuan ini memberi peranan dan sumbangan yang sangat besar ilmu arkeologi terhadap ilmu agama terutama di Indonesia. Dengan pemahaman peran penting hal ini sudah selayaknya penelitian keagamaan di Indonesia diarahkan dengan menggunakan pendekatan arkeologi
ASET BANGSA
Permasalahan aset ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari pengelolaan Negara yang kurang bersih. Konsep good governance dan good corporate governance yang pernah dicetuskan Presiden SBY belum menyentuh sepenuhnya pada kebijakan pemerintahan. Reformasi birokrasi masih jalan di tempat. Semua kebijakan yang menyangkut pengelolaan aset Negara masih harus diselesaikan dalam birokrasi yang bertele-tele.
Akar masalah aset ini pada dasarnya disebabkan karena kelemahan system pengendalian internal pemerintahan baik pusat maupun daerah. Hingga saat ini belum ada aturan yang tegas tentang aset Negara yang digunakan untuk para pejabat dan pasca tidak menjabat. Aset Negara seringkali digunakan para pensiunan pejabat sehingga lambat laun mereka mengklaim kepemilikan dari barang tersebut.
Reformasi birokrasi utamanya dalam pengelolaan aset dan peng-administrasi-annya menjadi tugas mendesak yang harus dilakukan pemerintah saat ini. Rakyat menunggu kepastian uang mereka tidak digunakan hanya untuk membiayai para pejabat dengan fasilitas-fasilitasnya. Tidak menutup kemungkinan setiap pergantian anggota DPR selalu diikuti dengan penggantian mobil-mobil dinas tersebut karena mobil yang lama dibawa pergi oleh pejabat lama.
Aset Negara dalam bentuk harta bergerak maupun harta tidak bergerak sudah merupakan kewajiban pemerintah untuk mengelola dan merawatnya, karena notabene-nya aset-aset tersebut dibeli dengan uang rakyat lewat pajak dan pungutan lainnya.
Indonesia bercita-cita menjadi Negara adidaya, bahkan target Indonesia tahun 2030 negara ini masuk dalam 5 besar Negara maju. Masih relevankah tujuan tersebut, kalu setiap aset yang nanti kita wariskan kepada anak-cucu kita telah menjadi milik orang per-orang. Aset yang dibeli dengan uang rakyat kini menjadi milik pihak tidak berhak bahkan mantan menteri sekalipun.
Penyelamatan aset Negara berupa tanah, bangunan maupun harta lainnya wajib pemerintah inventarisir karena nilainya bukan mustahil mencapai ratusan trilyun. Negara ini harus diselamatkan dari kebangkrutan yang lebih besar.
Prev: ASET BANGSA
Rabu, 2008 Januari 16
SYEKH NAWAWI AL-BANTANI
Syekh Nawawi wafat pada tahun 1897 M, bertepatan dengan tanggal 25 Syawal tahun 1314 Hijriyah. Semua ikut berbelasungkawa. Ia meninggal dalam usia 75 tahun. Namun sejarah mencatat namanya bahwa syekh Nawawi adalah manusia yang luar biasa.
Pada tahun 1833 Syekh Nawawi kembali ke Banten. Dengan bekal yang pengetahuan agama yang telah dimiliki, ia banyak terlibat dalam proses belajar mengajar dengan para pemuda yang ada di wilayahnya yang tertarik dengan kepandaiannya. Ia juga aktif mengajar pada pesantren yang milik ayahnya. Akan tetapi Nawawi al-Bantani merasa tidak kerasan tinggal di Banten; ia pun berangkat lagi ke Mekah pada tahun 1855 dan bahkan selanjutnya hidup dan meniti karier keilmuan di Haramain hingga akhir hayatnya.
Ketika bayi Nawawi pertama akali menghirup udara tahun 1813 M, cuaca agama Islam di banten begitu pengap. Segala sesuatu yang menyangkut masalah-masalah agama senantiasa memikat para penjajah untuk ikut campur tangan. Dan semenjak berakhirnya Sultan Banten yang pertama dibawah Sultan Hasanudin yang memerintah dari tahun 1550 sampai tahun 1570, maka kejayaan Islam banten berangsur-angsur surut. Banten menjadi masa lampau yang menyimpan kenangan pahit dari kebiadaban kaum penjajah.
PENDAHULUAN
Bagi pemerhati Islam di Indonesia, Syekh Nawawi adalah fenomena besar dalam dunia kitab kuning, yang sekaligus concern dan piawai dalam merumuskan kajiannya dengan persepsi yang mantap. Puluhan kitab yang menelaah tentang berbagai cabang keilmuan telah dihasilkan oleh tangan ulama dari Banten ini.
Syekh Nawawi adalah pewaris keilmuan yang aktif dan dinamis, sebagai agen yang secara persuasif sanggup menerjemahkan masalah-masalah umat Islam melalui penalaran yang solid, untuk diletakkan kerangka dan tata pikir umat secara selaras dengan kondisi sosial kognitif yang ada.
Dalam makalah ini akan diuraikan tentang Syekh Nawawi al-Bantani dari mulai riwayat hidup, pengembaraan, karya-karyanya sampai kepada pengaruhnya terhadap jaringan ulama Timur Tengah-Nusantara.
RIWAYAT HIDUP DAN PEMIKIRANNYA
Biografi Singkat
Syekh Nawawi, nama aslinya ialah Muhammad Nawawi bin Umar bin 'Arabi.1Atau lebih lengkap sebagai Abu Abdil Mu'thi Muhammad Nawawi ibn Umar at-Tanari al-Bantani al-Jawi aatau yang lebih populer dengan Sayyidu 'Ulama al-Hijaz.2
Ia dilahirkan di desa Tanara, Kecamatan Tirtayasa , Serang, Banten. Itulah sebabnya Syekh Nawawi yang lahir pada tahun 1813 M dan bertepatan dengan tahun 1230 Hijriyah ini, dibelakang namanya ditambahkan dengan at-Tanari, dan al-Bantani serta al-Jawi.3melalui pelacakan geneologi kita akan menemukan Syekh syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati serta Maulan Hasanudin banten sebagai cikal bakal Syekh Nawawi. Melalui Bapak yang bernama Umar ibn 'Arabi, seorang penghulu di kecamatan Tanara, banten. Sedangkan Ibunya adalah Khadijah4 atau Zubaedah5 adalah seorang wanita religius yang juga warga Tanara.
Di dalam suasana yang muram seperti itu Nawawi tumbuh. Semenjak kecil Nawawi memang gemar mempertanyakan hal-hal yang sifatnya rawan seperti ketuhanan dan tauhid.
Pengembaraan Keilmuan dan Jaringan Ulama
Sebelum terlibat dalan jaringan ulama dan belajar kepada guru-guru ternama di Haramain, Syeikh Nawawi al-Bantani bersama dua orang saudara akandungnya,, Tamim dan Ahmad telah membekali pengetahuan agama dengan belajar Nahwu, kalam, nahwu, tafsir dan fikih keapada Haji Sahal (ulama yang mashur di daerah Banten saat itu) kemudian dari Raden haji Yusuf di Purwakarta, Karawang Jawa Barat.
Setelah melanglang ke berbagai wilayah di Jawa untuk berguru, maka pemuda nawawi yang ketika itu berusia 15 tahun bertekad hendak melakukan ibadah haji. Ia berangkat seorang diri tanpa perbekalan yang cukup. Tujuannya mantap yaitu Masjidil Haram, Mekah. Sesampainya di tempat tujuan yang, seusai melakukan ibadah haji, ia tergoda untuk tetap tinggal dan menuntut ilmu di Mekah.
Di Mekah ia antara lain belajar kepada Sayid Ahmad bin sayid Abdurrahman an-Nawawi, Sayid Ahmad Dimyati, dan sayid Ahmad Zaini Dahlan; sedangkan di Madinah ia belajar kepad Syekh Muhammad Khatib Sambas al-Hambali. Selain itu ia punya guru utama yang berasal dari Mesir yaitu Yusuf Sumulaweni, nahrawi, dan Abdul Hamid Dagastani, dan gurunya yang lain.
Ia termasuk seorang ulama Melayu-Indonesia di haramain yang aktif, produktif dan sangat dihormati bukan hanya oleh kalangan komunitas Jawa sendiri, tetapi lebih dari itu oleh masyarakat ulama kosmopolitan Haramain secara keseluruhan.
Pemikiran Syekh Nawawi al-Bantani
Kebesaran Syekh nawawi akan lebih jelas kalau diteropong melalui option pendidikan. Ia adalah seorang figur sentral yang mengajarkan berbagai corak keilmuan. Sudah jelas ia mengedepankan pendidikan, sebab ia merasa perlu untuk untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dengan keyakinan bahwa ilmu pengetahuan mampu menyebarkan keutamaan.
Melalui pendidikan maka masyarakat akan sanggup mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya serta membersihkan jiwa-jiwanya dari kebodohan. Ilmu Pengetahuan dalam keyakinannya, sanggup mendekatkan para ahamba dengan penciptanya. Antara makhluk dengan Khalik.
Dalam jangka waktu yang relatif singkat, pikiran-pikirannya mulai mewarnai murid-muridnya. Maka tak heran jika pengaruhnya begitu kuat terhadap berdirinya pondok-pondok pesantren yang ada di Jawa/Nusantara pada masa lampau disebabkab karena adanya pengaruh Syekh Nawawi. Bukti nyatanya adalah bahwa pendiri-pendiri pondok pesantren tersebut adalah murid-muridnya.
Bisa dicatat nama-nama besar para pendiri pondok pesantren yang menjadi muridnya, seperti : KH. Kholil dari bangkalan, Madura; KH. Hasyim Asy’ari dari Tebuireng, Jombang; KH. Asnawi dari Kudus, Jawa Tengah; KH. Asnawi dari Caringin, Labuan, Banten; KH. Tb. Bakrie dari Sempur, Purwakarta; serta KH. Arsyad Thawil dari Banten. Di samping itu tentu saja masih banyak ulama-ulama lain yang pernah menjadi murid Syekh nawawi.
Pokok-pokok pandangannya mengenai keilmuan meliputi Ushulus Syari’ah, Ijtihad, serta prilaku sosial. Menurut Syekh nawawi, substansi dari Ushulus Syari’ah terdiri dari empat hal yaitu : al-Qur’an, Hadis, Ijma’ serta Qiyas. Konsep ini merujuk kepada al-Qur’an surat an-Nisa ayat 59 yang mengandung empat seruan untuk taat kepada Allah, Rasulullah, kepada ulil Amri dan kembali kepada Allah dan Rasul apabila ada perbedaan pendapat.
Tentang seruan yang pertama dan kedua sudah jelas akan keharusan berpegang kepada Al-qur’an dan Hadis. Sedangkan khusus yang menayngkut seruan yang ketiga, Syekh nawawi secara rinci mengatakan bahwa “ yang dimaksud dengan Ulil amri adalah Ulama yang termasuk dalam Ahlul halli wal Aqdi, yakni pemimpin yang haq (benar) dan penguasa yang adil. Sedangkan penguasa yang kejam dan korup tidak termasuk pihak yang harus ditaati. Apalagi pemimpin yang menindas rakyat. Walhasil, betapa tegas dan jelas pemikiran Syekh nawawi mengenai konsep dan tata laksana kenegaraan.
Di samping ia melakukan ortodoksi terhadap kaidah-kaidah agama yang sudah baku, secara kreatif ia juga melontarkan ide-ide bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Ia melakukan pembaharuan tersebut melalui pendidikan dan pembinaan terhadap kelompok elite agama yang menjadi muridnya secara bertahun-tahun di Mekah. Terbukti, banyak sekali muridnya yang menjadi pemimpin pesantren yang bergaya modern.
Konsep dakwah yang menjadi blue print dan kerangka pemikiran Syekh Nawawi cukup artikulatif yaitu, membagi tiga kelompok manusia bagi kelompok dakwahnya. Pertama, orang yang mempunyai akal sehat, punya wawasan dan mental kognitif yang luas, serta sanggup dan concert, melakukan kajian berbagai permasalahan keagamaan (Islam). Kedua, orang-orang yang mempunyai pandangan dan pengalaman tetapi pola pikirnya kacau dan tidak sistematis. Orang yang hanya mengandalkan inisiatif dan prakarsa dari orang lain. Ketiga, orang-orang yang bersikap apriori dan tidak aposteriori yang ahanya suka berdebat tanpa landasan pemikiran yang jelas.
Terhadap kelompok pertama, Syekh nawawi membuat formulasi sebagai berikut : “ ajaklah mereka ke jalan Allah, orang-orang yang memiliki akal sehat, jujur dan cerdas dalam berpikir serta punya wawasan yang jauh dan luas, kemukakanlah dasar-dasar yang kuat dan meyakinkan, agar mereka mengetahui hakikat kebenaran. Terhadap kelompok kedua, Syekh Nawawi memberikan konsep dakwah sebagai berikut : Ajaklah orang yang mempunyai pandangan dan pemahaman tetapi awam ini ke jalan Allah tapi dengan penjelasan yang mudah dipahami. Dan terhadap kelompok yang terakhir yaitu orang yang gemar berdebat tapi sikapna apriori, Syekh Nawawi punya konsep dakwah sebagai berikut : hadapilah orang-orang yang bersikap apriori dan selalu berdebat itu, dengan cara yang baik, meski untuk melayaninya harus menggunakan debat pula.6
Terhadap tarekat Syekh Nawawi punya stand point yang jelas. Di dalam kitab Bahjatul Wasaail yang dikarangnya, secara tegas ia katakan: “Syafi’I adalah mazhab saya dan Qadiriyah adalah tarekat saya”. Dalam tasawuf yang dipraktekkan sendiri oleh Nawawi adalah tasawuf yang agak moderat, tasawuf al-Ghazali yang menitikberatkan pada segi etis di dalam bentuk yang sederhana, seperti yang diajarkan dalam abad-abad yang lalu. Hal ini juga disimpulkan an-Nawawi dalam karyanya di tahun 1881 yaitu sebuah syrh terhadap karya al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, dan di tahun 1884 sebuah syrh terhadap syair tasawuf , karya Zainul Din al-Malabari, nenek Zainul Din al-Malabari.7
Persepsi Syekh Nawawi tentang tarekat itu sendiri, secara rinci ia uraikan dalam kitabnya Kaasifatus Saja yang ia karang sendiri. Di dalamnya ia katakan bahwa dalam melakukan ibadah itu semestinya tidak hanya menitikberatkan dari segi syari’ah saja, tetapi juga menekankan segi tarekat dan hakekat. Implikasi ibadah mempunyai tiga muatan, yaitu: pertama, manusia harus mengerjakan ibadahnya sesuai yang ditentukan oleh syari’at; kedua, manusia harus mengerjakan seperti yang pertama dan harus bermusyakafah sengan Tuhannya; ketiga, manusia di samping harus mengerjakan ibadahnya seperti yang pertama dan kedua, juga harus bermuraqabah dengan Tuhannya.
Karya monumentalnya adalah Tafsir Marah Labid yang diterbitkan pada permulaan tahun 1880 M. menurut Karel A. Steenbrink setelah membandingkan antara Tafsir jalalain, tafsir Baedhawi, Tafsir Munir dan Tafsir an-Nur menyimpulkan bahwa karya an-Nawawi jauh lebih baik dan lengkap.8
KESIMPULAN
Tidak diragukan lagi bahwa Syekh an-Nawawi al-Bantani adalah seorang ulama Melayu-Nusantara yang telah berhasil melanjutkn tradisi para ulama Melayu sebelumnya untuk mentransformasikan gagasan keilmuan-melalui murid dan karyanya- dari Haramain ke wilayah Nusantara, khusunya Indonesia. Kendati karier keilmuannya lebih banyak dicurahkan di tanah Arab, namun melalui karya-karyanya, kaum Muslim Melayu-Indonesia pun banyak menikmati manfaat ajarannya. Ia bahkan dianggap oleh mereka sebagai nenek moyang intelektualnya.
Masa hidup Syekh Nawawi (1813-1897) atau sekitar 75 tahun begitu singkat dan padat. Tapi keharuman namanya terus semerbak sepanjang masa. Juga keharuman ilmu pengetahuan dan budi pekertinya. Ia taburkan keutamaan serta keteladanan dan zaman pun mengenangnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Ma'ruf dan M. Nasrudin Anshory, Pemikiran Syeikh Nawawi al-Bantani dalam Majalah Pesantren No. 1/Vol. VI/1989.
Azra, Azyumardi dan Oman Fathurrahman, Jaringan Ulama Ensiklopedia Tematis Dunia Islam 5, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002.
Maragustam S, Pemikiran Syaikh Nawawial-Bantani Tentang Pendidikan Moral Dalam "Qami' al-Tugyan", Yogyakarta: Jurnal Penelitian Agama Vol. X,2001.
Steenbrink, Karel A.., Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke-19, Jakarta: Bulan Bintang, 1984.
1 Maragustam S, Pemikiran Syaikh Nawawial-Bantani Tentang Pendidikan Moral Dalam "Qami' al-Tugyan"(Jogjakarta: Jurnal Penelitian Agama Vol. X,2001) hlm.391.
2 Ma'ruf Amin dan M. Nasrudin Anshory, Pemikiran Syeikh Nawawi al-Bantani dalam majalah Pesantren No. 1/Vol. VI/1989. hlm. 95.
3 Ibid. hlm. 96.
4 Azyumardi Azra dan Oman Fathurrahman, Jaringan Ulama Ensiklopedia Tematis Dunia Islam 5 (Jakarta: PT. Ichtiar baru Van Hoeve, 2002)hlm. 134.
5 Ma'ruf Amin,……hlm. 96.
6 Ibid. Hlm. 104.
7 Karel A Steenbrink., Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke-19,( Jakarta: Bulan Bintang, 1984) hlm. 121.
8 Ibid.hlm. 127.
PERADABAN ISLAM AFRIKA UTARA
PERADABAN ISLAM AFRIKA UTARA dan ANDALUSIA PRA-KELAHIRAN BANI UMAYYAH II
PENDAHULUAN
Afrika utara yang meliputi lembah Sungai Nil bagian bawah yang disebut al-Misr (Mesir Modern); wilayah Libya, Cyrenacia, Tripolitania dan Tunisia yang seluruh wilayahnya dikenal orang Arab sebagai wilayah Afrika serta wilayah Aljazair dan Maroko dengan sebutan al-Maghribi1
Sebelum Islam dating wilayah Afrika Utara berada dalam kekuasaan bangsa Romawi, sebuah imperium yang sangat besar yang melingkupi beberapa Negara dan berjenis-jenis bangsa manusia.2
Adapun yang dimaksud dengan Andalusia adalah sebutan bagi semenannjung Iberia periode Islam. Sebutan itu berasal dari Vandalusia artinya negeri bangsa Vandal sebelum mereka diusir oleh bangsa Gothia Barat pada abad V M.3
Dalam makalah ini akan dibahas tentang rentang waktu sejarah Islam dari mulai masuknya Islam ke Afrika Utara kemudian dilanjutkan dengan wilayah Andalusia. Pembatasan pembahasan yaitu dari mulai masuknya Islam ke wilayah tersebut sampai sebelum kekuasaan Bani Umayyah II di Andalusia.
SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI AFRIKA UTARA dan ANDALUSIA SERTA PERKEMBANGANNYA
Kedatangan Islam di Afrika Utara terjadi pada masa kekhalifahan Umar Ibn al-Khathab. Pada masa itu kekuasaan Islam di tahun 640 M, sudah berhasil memasuki Mesir di bawah komando ‘Amr ibn al-‘Ash.4
Pada masa kekhalifahan Usman ibn Affan penaklukan Islam sudah meluas sampai ke Barqah dan Tripoli. Penaklukan atas dua wilayah itu dimaksudkan untuk menjaga keamanan daerah Mesir. Penaklukan itu tidak berlangsung lama, karena gubernur-gubernur Romawi menduduki kembali wilayah-wilayah yang telah ditinggalkan itu. Namun kekejaman dan pemerasan yang mereka lakukan telah mengusik ketenteraman pendududk asli, sehingga tidak lama kemudian penduduk asli sendiri memohon kepada orang-orang muslim untuk membebaskan mereka dari kekuasaan Romawi. Pada waktu kekuasaan Islam sudah berpindah kepada Muawwiyah Ibn Sufyan khalifah pertama bani Ummayah. Ia bertekad untuk memberikan pukulan terakhir kepada kekuasaan Romawi di Afrika Utara, dan mempercayakan tugas ini kepada seorang panglima masyhur Uqbah Ibn Nafi al-Fikri (W. 683 M), yang telah menetap di Barqah sejak daerah itu ditaklukan.5.
Pada tahun 50 H/670 M ‘Uqbah mendirikan kota militer yang termasyhur, Kairawan, disebelah selatan Tunisia. Tujuannnya adalah untuk mengendalikan orang-orang Barbar yang ganas dan sukar diatur,dan juga untuk menjaga terhadap perusakan-perusakan yang dilakukan oleh orang-orang Romawi dari laut. Perjalanan ‘Uqbah yang cemerlang itu dan pukulan-pukulannya yang menghancurkan orang-orang Romawi dan Barbar, telah membuat negeri itu aman selama beberapa tahun.
Akan tetapi, pada tahun 683 M orang-orang Islam di Afrika utara mengalami kemunduran yang hebat, karena orang-orang Barbar dibawah kepemimpinan Kusailah bangkit memberontak dan mengalahkan ‘Uqbah. Dia dan seluruh pasukannya tewas dalam pertempuran. Sejak saat itu orang-orang Islam tidak berdaya mengembalikan kekuasaannya di Afrika Utara, karena selain berhadapan dengan bangsa Barbar juga ada bangsa Romawi yang memanfaatkan kesempatan dalam pemberontakan tersebut.
Dalam kondisi seperti ini penyebaran Islam tidak bisa menyebar dengan baik keadaan ini berlanjut hingga terjadi pergantian Gubernur dari Hasan Ibn Nu’man kepada Musa Ibn Nusair tahun 708 M, pada awal pemerintahan al-Walid Ibn Abdul Malik (86-96 H)/705-715 M. bahkan pergantian pimpinan ini pun juga mendorong orang-orang Barbar mengadakan pemberontakan untuk melepaskan diri dari kekuasaan Islam. Musa dapat mematahkan pemberontakan mereka, dan untuk mengantisipasi timbulnya pemberontakan lagi dia menetapkan kebijakan “Perujukan”, yaitu menempatkan orang-orang Barbar kedalam pemerintahan orang-orang Islam.
Ketika pemerintahahan dipegang oleh Musa, di Afrika Utara terjadi perubahan sosial dan politik yang cukup drastis. Perlawanan orang-orang Barbar yang ganas dapat dihancurkan domanasi politik berada di tangan orang orang muslim dan da’wah Islam yang menyebar dengan kecepatan yang luar biasa. Hal-hal inilah yang menyebabkan sebagian sejarawan menganggap Musa Ibn Nusair sebagai penakluk yang sesungguhnya atas Afrika Utara.
Satu hal perlu dikemukakan bahwa seluruh pemberontakan yang terjadi di Afrika Utara dilakukan oleh orang-orang Barbar dan kaum Khawarij. Tidak diketahui bagaimana faham Khorijiah masuk ke daerah itu dan kemudian menyebar disana. Yang pasti semangat egalitarian dan karakter oposisinya terhadap pemerintahan Bani Umayyah telah mereflesikan aspirasi orang-orang Barbar.
Oleh karena itu, dapat diduga bahwa kesamaan aspirasi itulah yang menyebabkan faham keagamaan tersebut mudah diterima oleh orang-orang Barbar, bahkan kira-kira pada tahun 132 H/750 M, hampir seluruh orang Afrika Utara menganut faham ini.
Adapun proses masuknya Islam ke Andalusia terjadi pada masa Khalifah al-Walid (705-715 M) salah seorang khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum dikalahkan dan kemudian di kuasai Islam dikawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan islam sesudah kawasan ini betul-betul sudah dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukan Andalusia. Dengan demikian, Afrika utara menjadi batu loncatan bagi kaum Muslimin dalam penaklukan wilayah Andalusia.6.
Dalam proses penaklukan spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana. Mereka adalah Tarif Ibn Malik, Tariq Bin Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Tarif dapat dikatakan sebagai perintis dan penyelidik. Yang menyeberangi selat yang ada diantara selat Marokko dan benua Eropa dengan satu pasukan perang, 500 orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang telah disediakan oleh Julian.7 Dalam penyerbuan itu tarif tidak mendapatkan perlawanan yang berarti ia kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilah Tarif dan kemelut yang terjadi dalam kerajaaan Gothik serta didorong untuk memperoleh harta rampasan perang Musa Ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Andalusia sebanyak 7000 orang dibawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad8.
Thariq Ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk spanyol, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa Ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid.
Pasukan Tariq dapat menaklukan kota-kota penting seperti cordova, Granada, dan Toledo (Ibu kota kerajaan Gothia).
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq Ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa Ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu masukan yang besar ia berangkat saat itu menyebrangi selat Gibraltar dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukan musa dapat menaklukan Sidonia, Carmona, Sevile, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothia, Theodomir di Orihuela. Kemudian ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Kemenangan-kemenangan yang dicapai oleh umat islam nampak begitu mudah hal itu tidak dipisahkan dari adanya faktor Eksternal dan Internal yang menguntungkan. Yang dimaksud dengan faktor Eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam negeri spanyol sendiri pada masa penaklukan Andalusia oleh orang-orang islam kondisi social, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan. Secara politik wilayah Andalusia terkoyak-koyak dan terbagi-bagi dalam beberapa Negara kecil.
Didalam suatu kondisi seperti itu kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam.
Buruknya kondisi social, ekonomi dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan raja Roderick, raja Gothia terakhir yang dikalahkan islam.
Adapun yang dimaksud faktor Internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Andalusia. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, dan penuh percaya diri.
Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukan oleh tentara Islam yaitu toleransi persaudaraan, dan gotong royong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Andalusia menyambut kehadiran islam disana9.
Pada periode awal pemerintahan Islam di Andalusia pemerintahan dijabat oleh para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah di Damaskus pada periode ini stabilitas politik belum tercapai secara sempurna sering terjadi gangguan dari dalam maupun dari luar.gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan diantara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifan di Damaskus dan Gubernur di Afrika Utara yang berpusat di Kairawan, oleh karena itu terjadi dua puluh kali pergantian wali dalam kurun waktu yang amat singkat.
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Andalusia yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintah islam.
PENUTUP
Sebagaimana telah dipaparkan diatas sebelum Islam masuk di Afrika Utara daerah itu berada dibawah kekuasaan kekaisaran Romawi. Kaisar-kaisar Romawi dikenal dalam sejarah sebagai penguasa-penguasa yang kejam, lalim dan berdarah penjajah.bermacam-macam pungutan pajak yang sangat memberatkan rakyat mereka ambil secara sewenang-wenang mulai dari pajak yang diwajibkan atas tiap jiwa, ada pajak pakaian, pajak perabot rumah tangga, bahkan ada pajak orang mati.
Jika ada daerah yang mengadakan pemberontakan mereka tidak segan untuk menindak pemberontak itu dengan bengis dan kejam.
Sementara setelah kedatangan Islam berbagai tindakan kezaliman itu dihapuskan,bahkan orang-orang barbar banyak yang diakomodasi dalam pemerintahan
Sedangkan islam mengakar di Andalusia bukanlah melalui pemaksaan, melainkan sebab Islam jalan alternatif yang jelas lebih superior dan lebih sehat kepada orang-orang setempat10
1 Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, terj. Adang affandi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 313.
2 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I (Jakarta: UI-Press, 2002), hlm. 56-88.
3 Siti Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga Modern (Yogyakarta: LESFI, 2004) hlm 79.
4 Ibid, hlm 220.
5 Ibid, hlm 221.
6 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirosah Islamiah II (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006) hlm 88.
7 Ratu Julian adalah penguasa wilayah Septah yang tidak setuju dengan kekuasaan bangsa Gothik. Ibid.,hlm. 92.
8 Ibid.,hlm.89
9 Ibid.,hlm.93.
10 Ahmad Tompson dan Muhammdad ‘Atta Ur Rahim, Islam Andalusia Sejarah Kebangkitan dan Keruntuhan (Jakarta: Penerbit Gaya Media Pratama, 2004) hlm.40.
ALIRAN-ALIRAN MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA
ALIRAN-ALIRAN ISLAM dan PENGARUHNYA DI INDONESIA
PENDAHULUAN
Walaupun waktu pasti kedatangan Islam masih diperdebatkan, namun semua ahli sepakat bahwa ada beberapa pengaruh atau corak Islam yang datang ke Indonesia.
Dalam makalah ini akan sedikit dibahas mengenai pengaruh dari paham-paham dalam agama Islam yang turut mempengaruhi corak ke-Islaman Indonesia yang begitu khas yang berbeda dengan corak Islam yang dan di belahan dunia lainnya.
Paham yang akan dibahas akan ditekankan kepada paham-paham yang berkembang dalam pemikiran fikih dan tasawuf yang pertama kali menyebar dan memberikan warna ke-Islaman yang khas di Indonesia.
PAHAM SYI’AH
Paham syi’ah masuk ke Indonesia ketika pertengahan abad IV H terjadi perebutan kekuasaan di Tunis (Afrika Utara) yang dilakukan oleh kaum Fathimah melawan raja-raja Abbasiyah.
Rajanya yang pertama bernama al-Qayyim bin Ubaidillah yang memwerintah Tunisia dan sekitarnya pada tahun 313 H.
Kerajaan Fatimiyah meluaskan wilayahnya dan menguasai Mesir pada tahun 341 H, dengan sultannya yang bernama al-Muiz Li Dinillah (341 H).
Kekuasaan Bani Fatimiyah berajalan lama sampai 250 tahun, yaitu sampai tahun 564 H, ketika diambil alih oleh Salahudin al-Ayyubi pembebas Palestina yang terkenal. Bani Fatimiyah ini menganut faham syi’ah.
Raja-raja Islam Bani Fatimiyah ini mengirim mubaligh-mubaligh ke Indonesia pada abad IV samapai VI H. bahkan mengirim juga angkatan lautnya untuk membantu fatwa-fatwa Syi’ah, untuk mendirikan kerajaan-kerajaan bermazhab Syi’ah.1
Sultan-sultan yang ada di kerajaan pada masa awal itu hampir semuanya adalah para mubalig yang dikirim Bani Fatimiyah.
Kesimpulannya umat Islam Indonesia pada abad IV-VI H atau abad XI-XII M, diliputi oleh pelajaran-pelajaran Syi’ah yang samapai sekarang masih tinggal bekas-bekasnya. Kita bisa melihat di jawa gelar-gelar Sayyidin, Paku, Qutb, Kuda Kepang. Pelajaran-pelajaran ratu Adil kesemuanya berasal dari mazhab Syi’ah. Kabarnya juga permainan kuda kepang memperlihatkan kepandaian kuda yang dikendarai oleh sayyidina Husen ketika berperang di Karbala Irak.
PAHAM SYAFI’I
Kekuasaan bani fatimiyah di Mesir diambil alaih oleh sultan salahuddin al-ayyubi pada pertengahan abad VI H/XII M. kekuasaan bani Ayyubiyah berjalan selama 42 tahun dan kemudian digantikan oleh kerajaan mamalik (mamluk) sampai akhir abad IX H atau permulaan abad XVI M.
Sebagai dimaklumi dalam sejarah bahwa kearajaaan Ayyubiyah maupun kerajaan mamluk adalah penganut yang gigih dalam menegakkan ahlussunnah yang bermazhab Sunni. Raja mamluk juga memperhatikan perkembangan Islam yang ada di Indonesia.
Diantara mubalig Islam dari kerajaan Mamluk adalah orang yang bernama Ismail as-Siddiq yang datang ke Pasai mengajaran agama Islam.2dengan usaha beliau ini umat Islam di Pasai menganut paham Syafi’I kembali dan bahkan mengganti sultan Syi’ah dengan sultan orang Indonesia asli yang bermazhab Syafi’I dengan nama Sultan malikussaleh (1285-1297 M).
Catatan-catatan Ibnu Batutah dalam perjalanannya sangat menolong ahli sejarah untuk mencarai kebenaran sejarah, karena selain catatannya lengkap juga jujur.
Ibnu batutah mengatakan bahwa ia singgah di negeri pasai tatkala diutus oleh Sultan Delhi ke Tiongkok pada tahun 1345 M. Ia bertemu dengan Sultan malikuz Zhahir seorang Sultan yang sangat teguh dalam memegang agama Islam yang bermazhab Syafi’i.
PAHAM WAHDATUL WUJUD ATAU WUJUDIYAH
Paham ini pada mulanya diajarkan oleh al-hallaj di bagdad yaitu seorang yang Syi’ah yang dihukum mati di Bagdad pada tahun 992 M atau pada abad III H.
Di Sumatera, paham ini berkembang sesudah abad XV M. Dalam pengertian yang sederhana ajaran ini mendasarkan pada faham persatuan wujud khalik dengan makhluk. Di Jawa dinamakan paham Manunggaling ing Kawulo Gusti.
Ajaran ini membagi wujud zat menjadi dua satu kharijah (kulit luar) dan tsabitah (yang tetap) yaitu al-Haqqu (Tuhan Allah). Jadi, apa yang dikatakan alam dan apa yang dikatakan Allah pada hakekatnya satu. Wujud tuhan adalah wujudnya dan wujudnya adalah wujud Tuhan, Tunhan bersatu dengannya.
Ajaran ini dianut di Sumatra oleh Syeik Syamsudin as-Sumatrani dan Hamzah Fansuri sedangkan di Jawa oleh Syeikh Siti Jenar.
PAHAM WAHDATUS SYUHUD
Paham ini lebih sebagai kebalikan dari pahah wujudiyah. Paham ini dibawa ke Indonesia berbarengan dengan berkembangnya paham Syafi’i.
Ajaran ini menentang paham wahdatul wujud yang telah ada sebelum. Alasannya diantaranya tentang Dimensi Tuhan dan maklhluknya tidak dapat diterima oleh syari’at.
Penganut paham ini di Sumatra dipelopori oleh Syeikh Nuruddin ar-Raniri dan Abdurrauf as-Singkel sedangkan di Jawa oleh wali Songo.
Syekh Nuruddin menentang paham yang dianut oleh Hamzah Fansuri tentang wujud penciptaan yang digambarkan dengan kun fayakun yang ditafsirkan secara Emanasi oleh Hamzah Fansuri.3
Sedangkan di Jawa para wali Songo menentang apaham yang dianut oleh Syekh Siti Jenar dengan Manuggaling Ing Kawulo Gusti-Nya. Bahkan Syekh Siti Jenar dihukum mati oleh para wali tersebut begitu juga dengan Hamzah Fansuri.
PENUTUP
Islam yang datang ke Indonesia dalam berbagai bidang paham baik Fikih maupun Tasawuf telah memberian kontribusi yang sangat besar dalam mengembangkan ajarannya sendiri.
Walaupun Indonesia menurut azyumardi Azra termasuk ke dalam islam pinggiran (Islam Periferal)4 namun, keberagaman Corak Paham Islam di Indonesia lebih bisa diterima dan toleran. Hal inilah yang menyebabkan Islam menjadi agama yang mayoritas sampai sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Sirajudin. Sejarah dan Keagungan Syafi’I. Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 1995.
Said,Usman dkk. Pengantar Ilmu Tasawuf. Medan: IAIN Sumatera Utara, 1982.
Azra,Azyumardi. Renaisans Islam Asia Tenggara. Bandung: Rosdakarya, 2000.
1 Kerajaan-kerajaan tersebut diantaranya: daya pasai di Aceh Utara, Kesultanan Perlak di Aceh Timur, kesultanan Bandar kalifah dan Aru di Sumatra Timur, kesultanan Leran di Jawa, dllSirajudin Abbas, Sejarah dan Keagungan Syafi’I (Jakarta: Pustaka tarbiyah, 1995) hlm. 257.
2 Ibid. hlm. 258.
3 Usman Said, dkk. Pengantar Ilmu Tasawuf, (Medan: IAIN Sumatera Utara, 1982) hlm. 223.
4 Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara (Bandung: Rosdakarya, 2000) hlm. 5.
SUMBANGAN ISLAM KEPADA ILMUDAN PERADABAN MODERN
SUMBANGAN ISLAM KEPADA ILMU
DAN PERADABAN MODERN
PENDAHULUAN
Pengaruh Arab Islam kepada peradaban Bangsa barat sangat besar khususnya terhadap Renaisance bangsa Eropa. Pengaruh peradaban Islam itu berlangsung paling tidak melalui tiga saluran. Pertama, pertumbuhan peradaban serta kebudayaan tersebut di beberapa bagian Eropa, yang merupakan percampuran Islam dan Kristen seperti di Spanyol (Andalusia) dan Sisilia. Kedua, penerjemahan buku-buku Arab yang berisi berbagai bidang Sains dan Filsafat ke dalam bahasa latin dan bahasa Eropa lainnya. Buku-buku tersebut menjadi referensi di Universitas-universitas di Eropa. Ketiga, terjadinya kontak antara orang-orang Eropa dengan orang-orang Timur selam berlangsungnya perang Salib . banyak orang-orang Eropa yang menjadi tentara Salib tinggal dengan orang-orang muslim dan belajar kepada mereka.
Sumbangan Islam sendiri merupakan gambaran nyata terhadap kenajuan, peradaban Barat. Paling tidak beberapa bidang ilmu pengetahuan itu antara lain :
Kesusateraan;
Filsafat;
Kedokteran;
Ilmu-ilmu Kealaman;
Geografi;
Ilmu Pelayaran;
Sejarah;
Arsitektur Islam dan Seni Kerajinan;
Musik.
KESUSASTERAAN
Puisi Lirik
Perkembangan sastra terutama di Andalusia diakibatkan adanya penggunaan dua bahasa dalam pergaulan mereka. Percampuran sastra antara Barat dan Timur-Arab yang paling terlihat adalah kelahiran puisi Mudasysyah dan puisi zajal yang menjangkau luas pada kesusastraan di Timur Arab dan Barat Eropa.
Puisi ini yang menjadi cikal bakal bagi perkembangan puisi Eropa pada zaman sesudahnya.
Seni Narasi
Ada tiga kumpulan cerita yang berasal dari Timur yang telah memberi pengaruh besar pada kesusastraan Eropa selama abad pertengahan. Cerita tersebut adalah :
Kalilah dan Dimmah
Kisah Sindbad
Kumpulan Cerita mistikal yang berjudul Barlaamey Jasafat.
Puisi Epik dan Drama
Unsur-unsur Arab terlihat dalam seni drama Spanyol. Unsur tersebut ditandai dengan adanya penekanan terhadap kehormatan wanita dan dijadikannya pemeran utama. Dan gagasan ini terus dominan pada masa selanjutnya. Contoh peran itu dapat ditemukan pada cerita rakyat Arab yang terangkum dalam kisah Seribu Satu Malam.
Teater Spanyol terus menjadi sumber utama teater di Perancis dan Eropa. Drama-drama Moliere (1622-1673) khususnya Don Juan, dan Teater Shakespeare banyak mengambil dari cerita abad pertengahan yang telah ditransmisikan ke dalam budaya Eropa melalui Andalusia.
FILSAFAT
Pengaruh Filsafat Islam terhadap Renaissance Eropa terjadi melalui kontak dan persaudaraan (Fraternisasi) dengan filsafat Kristen. Terdapat dua saluran utama pengaruh filsafat Islam kepada filsafat Barat yaitu :
Kontak Pribadi
Orang-orang Kristen di Timur mengadakan kontak dengan orang-orang yang Islam setelah penaklukan daerah Persia, Syria dan Mesir. Mereka hidup bersama an mengikuti kegiatan intelektual dan kebudayaan kaum muslim. Dari sinilah awal mula perkembangan filsafat Islam di peradaban Barat. Orang pertama yang mengenalkannya adalah Adelard dari Bath (1126) yang mengenalkan buku-buku Abu Mansyur (886 M) ke Eropa Latin.
Kontak langsung antara peradaban Islam dan Barat terjadi di Spanyol dan Sisilia. Andalusia banyak dikunjungi para pelajar dari Eropa. Dan setelah menyelesaikan studinya mereka kembali ke Eropa.
Penerjemahan
Gerakan penerjemahan baru bermula pada abad XII M. toledo dan Palermo adalah dua kota pusat penerjemahan buku-buku Arab-Islam. Banyak buku yang karangan para filosof Islam seperti al-Kindi, Ibn Sina, Ibnu Khaldun, Ibnu Rusyd dan banyak lainnya, diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa/Latin.
ILMU-ILMU KEALAMAN
Peradaban Islam menjadi perintis dalam berbagai lapangan ilmu pengetahuan. Peradaban Islam dengan sarjana-sarjana besarnya yang karya-karyanya menjadi rujukan di Universitas-universitas Eropa sampai abad XVII. Mereka menjadi perintis diantaranya dalam bidang :
Aritmetika
Sumbangan pertama dunia Islam kepada matematika dan astronomi adalah perkenalan mereka atas sistem bilangan untuk menggantikan penghitungan dengan menggunakan alfabet. Orang pertama yang berjasa mengenalkan dan mempopulerkan angka-angka ini adalah Muhammad Ibn Musa al-Khawarizmi.
Aljabar
Orang-orang Arab adalah yang pertama kali menggunakan aljabar (algebra) dan Khawarizmi adalah orang yang pertama kali membahas ilmu ini dengan bukunya al-Jabr wa al-Muqabalah (Aljabar dan Perlawanan).
Diantara pakar-pakar Matematika Arab dapat kita sebut nama-nama al-Khawarizmi, Abu Kamil, Qista Ibn Luqa, al-Qalsam, Baha’uddin al-Amili, Ghayyath al-Din Junsyid, al-Kusyani, al-Quhi, al-Khayyan, dan lain-lain.
Masih banyak ilmuwan Islam yang menyumbangkan peran terhadap ilmu pengetahuan modern seperti al-farghani(Astronomi), Ibn al-haytsam (Fisika), jabir bin Hayyan (Kimia), al-Biruni (Mekanika), Ibn Sina (Botani), al-jahiz (zoologi) dan lainnya.pemikiran para tokoh ini mempengaruhi tokoh-tokoh renaissance.
GEOGRAFI
Minat yang diperlihatkan orang-orang Arab pada geografi sebagian besar disebabkan oleh kondisi lingkungan mereka.mereka hidup dalam lingkungan yang mengharuskan mereka mengenal sebaik-baiknya kosmografinya. Geografi menduduki tempat pertama di antara ilmu-ilmu yang menarik minat orang arab dan orang-orang Islam.
Salah satu ahli geografi Arab adalah al-Hasan Ibn Muhammad al-Wazzan al-Zayyati. Ia menulis buku Deskripsi Afrika yang memaparkan panjang lebar geografi belahan utara Afrika dan menerjemahkannya sendiri ke dalam bahasa Italia.
Orang-orang Arab telah memberikan sumbangan besar dalam gerakan penjelajahan Barat. Penjelahan itu tidak akan dilakukan seandainya Barat tidak bertemu dengan tulisan-tulisan dan buku Arab.
ILMU PELAYARAN
Tak dapat diragukan lagi bahwa Eropa telah meniru beberrapa teknik mengemudi kapal dari orang-orang Arab. Pelaut-pelaut Eropa banyak dibimbing oleh bangsa Arab atau oleh ilmu pelayaran arab. Mereka menggunakan semua atau sebagian dari peralatan-peralatan dan peta-peta milik pelaut-pelaut muslim. Sebagai contoh Ibn Majid yang menjadi nakhoda dari kapal Vasco Da Gama.
SEJARAH
Penelusuran pengaruh sejarah dapat terlihat dari kajian-kajian sejarah di Spanyol yang dipengaruhi oleh kajian-kajian Arab yang mendahuluinya. Mereka mengumpulkan catatan-catatan sejarah untuk mengetahui asal-usul mereka. Ini dilakukan terutma oleh golongan Mozarabes yaitu orang-orang Spanyol yang tetap memeluk Kristen.
ARSITEKTUR ISLAM DAN SENI KERAJINAN
Arsitektur Arab Islam telah menyumbangkan warisan seni berupa gaya-gaya yang tidak dikenal sebelumnya, seperti yang terlihat pada arsitektur mesjid, makam-makam, dan sekolah-sekolah. Timbulnya arsitektur Islam itu seiring dengan berdirinya kota-kota baru, akibat penaklukan-penaklukan yang dilakukan bangsa Arab dan perluasan Islam.
Gerakan arsitektur ini segera dibarengi dengan kemajuan dalam bidang kerajinan dan industri.para pengrajin menghasilkan seni yang indah dan mengagumkan mulai dari kayu, gading, logam, kulit, kaca, dan keramik bersama dengan kerajinan linen, sutera dan wool.
MUSIK.
Orang-orang Arab tidak hanya mengagumi kesempurnaan seni menyanyi, bermain, teori musik, alat-alat musik dan pengembangan cara pembuatannya tapi mereka juga tertarik pada berbagai aspek komposisi musik dan mereka memang mengembangkan model-model dan gaya puisi dan nyanyian.
Pengaruh musik Arab ke daratan Eropa adalah tatkala musisi eropa dikirimkan ke ibukota-ibukota Arab untuk mempelajari ilmu dan seni di lembaga-lembaga dan universitas Arab. Musik menempati tempat utama diantara kajian seni yang lainnya. Banyak karya seni Islam seperti karya al-Kindi, Tsabit ibn Qurra, Zakaria al-Razi, al-Farabi, Ikhwan as-Shafa, Ibn Sina dan lainnya diterjemahkan ke dalan bahasa lati Eropa.
ISLAM DI AMERIKA SERIKAT
ISLAM DI AMERIKA SERIKAT
PENDAHULUAN
Pada dasarnya masyarakat Amerika adalah masyarakat yang menganut agama, dan Islam menjadi salah satu agama yang paling berdampingan dengan Kristen dan Yahudi. Dalam beberapa tahun terakhir agama yang satu ini melaju ke permukaan dengan pesat dan menjadi fenomena paling menarik untuk dicermati, terutama banyak masyarakat yang terkejut dengan fakta-fakta yang menunjukkan bahwa Islam dapat berkembang dengan baik di Amerika.1
Penduduk Muslim sendiri meningkat secara mengesankan. Namun, serangkaian peristiwa telah menciptakan atmosfer yang menyebabkan Islam menjadi sasaran kritik dan dimusuhi. Revolusi Iran 1979, serbuan Israel ke Lebanon, Pengeboman terhadap Libya, kontroversi di sekitar publikasi novel Salman Rusdie, Ayat-ayat Setan, dan yang paling akhir meletusnya bom di World Trade Center (WTC), mendorong munculnya kritik tajam, terhadap Islam di media-media maupun kehidupan publik AS.
Dalam makalah ini akan diuraikan tentang awal mula Islam masuk ke Amerika Serikat kemudian perkembangannya sampai sekarang.
SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE AMERIKA SERIKAT
Para pengamat kemunculan Islam di Amerika Utara kebanyakan memandang bahwa kedatangan pertama yang sesungguhnnya orang-orang muslim di Amerika Serikat terjadi pada pertengahan dan akhir abad ke-19. Dan memang pada saat itulah para imigran muslim yang pertama terutama dari Timur Tengah mulai datang ke Amerika Utara dengan maksud untuk memperoleh peruntungan besar ataupun kecil kemudian kembali ke tanah airnya.
Sebagian kini para akademisi berpendapat bahwa selama hampir dua abad sebelum perjalanan Christopher Columbus di tahun 1492 M, orang-orang muslim telah melakukan pelayaran dari Spanyol dan sebagian pesisir barat laut Afrika ke Amerika Utara dan Selatan dan sebagian bahkan ikut menjadi awak Columbus. Para penjelajah itu konon telah menembus sebagian besar wilayah Amerika Selatan dan Utara, bergaul dan sebagian menikah dengan orang asli Amerika. 2
Bukti-bukti yang mendukung pernyataan ini diantara benda-benda peninggalan sejarah (artefak), tulisan-tulisan dan laporan kisah-kisah para saksi mata. Namun, masih agak meragukan sehingga teori semacam ini masih berupa dugaan-dugaan belaka.
Tahun 1492 memiliki arti bersejarah tak hanya karena perjalanan Columbus. Melainkan karena tahun tersebut menandakan berakhirnya secara resmi kehadiran Islam di semenanjung Iberia yang kini dikenal sebagai Spanyol dan Portugal. Setelah menikmati pemerintahan yang gemilang pada abad ke-9 dan ke-10 di Kordoba, dan menguasai kabilah-kabilah di Afrika Utara pada abad-abad berikutnya, kaum Muslim melihat kejayaan mereka semakin merosot. Pada tahun 1474 M pasangan suami istri Fernando dari Aregon dan Isabela dari Sevilla berhasil menyatukan dua kerajaan yang terpisah. Mereka dikenal sebagai raja dan ratu Katolik berkat jasa-jasa mereka menyatukan kembali seluruh Spanyol di bawah agama Kristen. Mereka merampas wilayah kekuasaan terakhir kaum muslim di Granada pada tahun 1492. semenjak berakhirnya abad ke-15 orang-orang muslim (sering disebut orang Moor) di semenanjung Iberia dipaksa memilih satu diantara pilihan yang tak menguntungkan yakni berpindah ke agama Kristen, imigrasi atau hukuman mati. Orang yang memilih pilihan pertama tetap menjalankan agama mereka secara diam-diam dan tetap mengadakan pertemuan rahasia umat Islam selama berabad-abad. Sebagian lainnya mencoba memberontak secara terang-terangan dan akibatnya mereka diusir dari negerinya yang sebelumnya merupakan satu dari sedikit contoh keharmonisan budaya Islam dan Kristen.3
Semakin banyak bukti bermunculan yang menunjukan bahwa sebagian orang-orang Moor yang dipakwa pergi tersebut berhasil menuju kepulauan Karibia dan bahkan sebagian lainnya berhasil mencapai bagian selatan Negara Amerika Serikat masa kini. Para akademisi dari berbagai disiplin ilmu terus berupaya membuktikan teori-teori tersebut yang dipandang oleh muslim AS sebagai bukti bahwa bahwa Islam berperan dalam sejarah awal AS. Kemungkinan adanya hubungan dengan budaya Spanyol yang semacam itu terutama menarik hati AS keturunan Amerika Latin yang tertarik dengan ajaran Islam.
Hampir pasti bahwa Muslim yang menyeberangi Atlantik dan juga Pasifik jauh sebelum Columbus mencapai dunia baru. Namun kunjungan ini sama sekali tidak meningglkan bekas yang yang tidak hilang-hilang. Yang paling terkenal dari mereka ini adalah Jenderal Estevanio de Azemor yang nama muslimya tidak diketahui. Muslim. Dia dapat mencapai wilayah New Mexico dan Arizona. Naumn muslim pertama ini tidak dapat memelihara Islam dalam kalangan keturunannya. Selama periode yang sama seorang pangeran Mesir dengan nama Nasir al-Din bergabung dengan Suku Mohawk di daerah yang membentuk negara bagian New York sekarang. Dia menduduki kedudukan yang sangat tinggi dalam suku ini.4
Kaum muslim di Amerika Serikat terdiri dari para imigran yang dari keturunan Afrika (Afro-Amerika), penduduk Eropa yang masuk Islam, dan para pendatang sementara (mahasiswa, diplomat dan lainnya). Komposisi asal-usul mereka adalah: Afrika(42 %); Asia Selatan (India, Pakistan, Bangladesh (24,4 %));Turki (2,4%); Asia Tenggara (2%); Kulit Putih Amerika (1,6 %); dan lain-lain (6,4 %) termasuk sekitar 5.000 muslim keturunan Spanyol (Hispanik).
Sebagian besar mereka, sekitar 70 %, tinggal di sepuluh Negara bagian: California, New York, Illinois, New Jersey, Indiana, Michigan, Virginia, Texas, Ohio, dan Maryland.5
Para imigran muslim datang ke Amerika Serikat dengan alasan-alasan yang beragam. Gelombang Pertama, imigrasi kaum muslim ke Negara ini berlangsung pada sekitar tahun 1875, dari wilayah yang saat itu dikenal sebagai Greater Syria (suriah Besar [kini mencakup Suriah sendiri, Libanon, Yordania dan palestina]). Merweka pada umumnya miskin keterampilan dan tidak cukup terdidik, serta sebagian besar petani yang berharap bisa sukses secara financial di amerika serikat untuk pada suatu saat kembali ke tanah air. Tetapi, karena kesempatankerja terbatas, mereka terpaksa bekerja sebagai buruh di pabrik, pelabuhan, dan lainnya.sebagian menetap di wilayah Midwest. Pengelaan mereka menarik minat rekan-rekan mereka yang lain. Arus migrasi ini terus berlangsung sampai pada akhir Perang Dunia I.
Gelombang Kedua, menyusul pada tahun 1920-an untuk kemudian terhenti karena Perang Dunia II. Hukum-hukum imigrasi pada periode ini agak membatasi. Hanya orang yang berkulit hitam atau Kaukasia saja yang boleh masuk ke Amerika Serikat. Orang Arab dianggap tidak termasuk ke dalam dua kategori itu
Gelombang Ketiga, antara pertengahan tahun 1940-an da pertengahan 1960-an berlangsung bersamaan dengan terjadinya berbagai perubahan penting di luar Amerika Serikat. Kaum muslim yang masuk AS dalam kategori ini lebih terdidik. Sebagian besar mereka hijrah karena penindasan politik. Kontingen terbesarnya adalah orang Palestina yang terusir dengan didirikannya Israel (1948), orang Mesir yang merasa dirugikan oleh kebijakan nasionalisasi Presiden Gamal Abdul Nasser dan orang Islam Eropa Timur yang mencoba melarikan diri dari akibat perang Dunia II dan pemerintahan Komunis. Pada saat yang sama, terutama pada tahun 1960-an berbagai perubahan berlangsung dalam kebijakan keimigrasian AS. Pasar kerja makin meluas dan Negara ini membutuhkan kaum imigran yang potensial untuk mengisi pos-pos itu. Di sini batasan-batasan etnis atau ras diperlonggar.
Gelombang Keempat, berlangsung sekitar tahun 1967 dan masih berlangsung sampai sekarang. Mereka umumnya sangat terdididk dan fasih berbahasa Inggris. Imigrasi mereka terjasdi dengan berbagai alasan seperti untuk peningkatan kemampuan profresional dan menghindari penindasan Pemerintah. Mereka juga ada yang berniat untuk menetap atau mendakwahkan Islam di Negara ini.
PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM DI AMERIKA SERIKAT
Perkembangan Islam di AS mulai menampakkan peningkatan kesadaran keislaman untuk memantapkan landasan sosial serta menyediakan pengajaran bagi anak-anak mereka. Sejumlah komunitas mulai memandang penting untuk membangun Mesjid dan Pusat Islam sebagai pengembangan organisasi dan institusi Islam.
Organisasi Islam itu diantaranya:6
Pada tahun 1952 lebih dari dua puluh Mesjid membentuk Federasi Perhimpunan Islam (Federation of Islamic Association, FIA) di AS dan Kanada. Pada puncaknya lima puluh mesjid menjadi bagian dari FIA.
Perhimpunan Mahasiswa Muslim di AS dan Kanada (MSA) didirikan pada tahun 1963.Organisasi ini didirikan untuk memberikan pelayanan kepada ratusan ribu mahasiswa muslim yang datang dari berbagai Negara dan belajar di kampus-kampus di AS.
Perhimpunan Dokter Muslim (The Islamic Medical Association) dibentuk oleh alumni MSA pada tahun 1967 sebagai wahana bagai professional muslim di bidang kesehatan untuk saling bertemu dan saling tukar pikiran. Organisasi serupa , Perhimpunan Ilmuwan dan Insinyur Muslim (The Association of Muslim Scientiss and Engineers), didirikan pada tahun 1969 dengan tujuan untuk mempromosikan penelitian ilmiah yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam. Terdapat pula Perhimpunan Ilmuwan sosial Muslim (The association of Muslim Social Scientist) yang dibentuk pada tahun 1972 sebagai organisasi yang bersifat professional, akademik kependidikan dan kebudayaan untuk mempromosikan pemikiran Islam. Perhimpunan-perhimpunan ini mensponsori jurnal-jurnal tahunan dan konferensi-konferensi.
Pada tahun 1978, DEwan masjid AS didirikan oleh wakil-wakil liga dunia Muslim dengan keanggotaan 20 masjid.
Masyarakat Muslim Amerika Utara (The Islamic Society of North America, ISNA) merupakan organisasi induk yang didirikan pada tahun 1982 oleh dewan alumni MSA yang menetap di Amerika Utara.
Kelompok-kelompok keagamaaan yang berkembang di AS diantara:
Muslim Syi’ah
Meskipun mayoritas Muslim yang datang ke AS adalah penganut sunni, terdapat pula komunitas syi’ah yang cukup besar. Komunits ini mulai memperoleh pengakuan sebagai bagian tersendiri dari muslim dan dapat teridentifikasi dari masjid-masjidnya besarnya yang terletak di New York, Detroit, Washington, Los Angeles, dan Chicago.
Mayoritas pendatang Syi’ah adalah berasal dari kelompok Itsna ‘Asyariyah dan Isma’iliyyah.
Muslim Amerika Keturunan Afrika
Dengan dihitung secara kasar, sepertiga Muslim yang ada di Benua Amerika adalah orang-orang Amerika keturunan Afrika yang sudah bergabung dengan arus utama Islam atau salah satu gerakan sectarian yang secara langsung teridentifikasi secara longgar.
Islam sebagai fenomena yang khas Amerika pertama kali menarik perhatian public AS dengan munculnya Nation of Islam.
Kaum muslim AS keturunan Afrika maupun kaum imigran untuk masa yang lama tetap merupakan komunitas terpisah di AS walaupun terdapat upaya yang kian meningkat utuk menjalin kerjasama, dialog dan dan melakukan beberapa peribadatan serta kegiatan sosial bersama.
Muslim Kulit Putih
Diantara orang kulit putih pertama yang masuk Islam adalah Alexander Russel (w. 1916), Konsul AS di Filipina.
Mayoritas kulit putih yang masuk Islam adalah perempuan yang mempunyai suami muslim dan memutuskan untuk menjadikan Islam sebagai keyakinan mereka. Dalam beberapa kasus, perempuan masuk Islam sebelum menemukan pasangan nikah atas dasar keyakinannya bahwa perempuan memperoleh penghargaan yang lebih tinggi dibandingkan di masyarakat Amerika pada umumnya.
Sejumlah orang AS, yang merasa asing dengan tradisi agama mereka sendiri atau dalam lingkungan lembaga keagamaan mereka atau dengan norma-norma yang berkembang dalam kebudayaan AS, memandang Islam sebagai alternatif.
Gerakan Sektarian
Gerakan Ahmadiyah, sebuah kelompok dakwah indo-Pakistan yang untuk beberapa tahun telah aktif menerjemahkan al-Qur’an dalam beberapa bahasa-bahasa utama dunia, mulai mengirimkan dai-da’I nya ke AS dengan maksud mengajak Barat agar memeluk Islam menurut versi mereka.
Pusat kegiatan mereka baik Qadiyan (bermarkas di Washington DC) maupun Lahore (bermarkas di di California) telah mendirikan sejumlah Masjid di AS.
Terdapat pula komunitas kecil Druze di AS, yang mayoritas anggotanya adalah orang-orang asli Lebanon dan beberapa individu dari Suriah, Palestina dan Yordania. Kelompok Islam lain yang ditemukan di AS adalah agama Baha’i, kelompok Five Percenter, Jama’ah Ansaru Allah, Robbani Yashu’a dan masih terdapat yang lainnya.
Gerakan Sufi
Di antara aliran sufi yang paling berpengaruh ialah Qadiriyah yang menyatu dalam tarekat bawa Muhaiyaddeen, bertempat di Philadelpia. Tarekat ini mempunyai lebih dari 2000 muallaf, terutama berasal dari kelas menengah dan menengah atas.
Kelompok muallaf Sufi terdapat pula di wilayah Negara bagianm New York, California, Texas, Michigan, dan New Mexico. Beberapa imigran banyak yang melestarikan tarekat-tarekat sufi yang berasal dari negeri asal mereka seperti kaum Bektasiyah, Syadziliyah, Isyraqiyah, dan Naqsabandiyah.
Masalah-masalah keislaman yang dihadapi oleh Muslim AS dewasa ini diantaranya:7
Berlanjut dan meningkatnya prasangka di Amerika Utara terhadap Islam, Muslim dan orang Arab.
Masalah Asimilasi dengan masyarakat AS, terus menjadi tema abadi bagi setiap gelombang imigran maupun bagi setiap setiap generasi Muslim di AS.
Sistem jaminan social di AS. Misalnya pertanyaan berkaitan dengan kewajiban membayar zakat. Fakta bahwa Islam tidak mengizinkan pengenaan bunga atas pinjaman menimbulkan persoalan tersendiri bagi muslim dalam menggunakan perbankan AS.
Sejumlah masalah khusus dihadapi muslim AS, diantaranya kebutuhan akan kepemimpinan agama yang terlatih, kesempatan melaksanakan kewajiban agama seperti shalat dan puasadan masalah yang terkait dengan interaksi sosial.
PENUTUP
Muslim di AS mengalami dinamika yang signifikan dari mulai awal masuk sampai sekarang. Di Amerika setidaknya terdapat tiga kelompok penganut Islam yaitu; pertama, Muslim keturunan Afrika, Muslim Kulit putih warga Amerika Asli) dan kaum Imigran dari berbagai bangsa.
Meskipun banyak kritik tajam terhadap Islam dalam kehidupan public AS terutama paska ledakan bom World Trade Center (WTC), tetapi jumlah institusi Islam di Amerika meningkat menjadi lebih dari 2.300buah, dan 1.300 diantaranya berupa masjid dan pusat Islam.8
1 Alwi Shihab dalam Kata Pengantar Buku Jane I. Smith, Islam di Amerika (Jakarta: yayasan Obor Indonesai, 2005)
2 Jane I. Smith, Islam di Amerika (Jakarta: yayasan Obor Indonesai, 2005) hlm. 74.
3 Ibid, Hlm. 75.
4 M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005) Hlm 280-281.
5 Taufik Abdullah dalam Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Pemikiran dan Peradaban Jilid 6.,(Jakarta: PT. Ichtiar baru Van Hoeve, 2002) Hlm. 202.
6 Jhon L. Esposito, Ensiklopedia Oxpord, Dunia Islam Modern, Jilid II (Bandung: Mizan, 2002) Hlm. 122-127.
7 Ibid, Hlm. 128.
8 Ibid, Hlm. 122.